Membuat Indikator Baik dan Benar

0
()

Assalmualikum.Wr.Wb, selamat pagi bapak Ibu sekalian, pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk sedikit berbagai tentang bagaimana membuat sebuah Indikator pembelajaran. Dalam pelaksanaan tugas dari seorang guru, tentu guru akan erat kaitannya dengan SK-KD. Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari
pengembangan KTSP dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari SK dan
KD yang selanjutnya menjadi indikator, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran dan penilaian.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang
ditetapkan dalam SI dan telah dijabarkan dalam silabus.
Berdasarkan uraian di atas, maka
pengembangan indikator merupakan langkah strategis dalam peningkatan kualitas
pembelajaran di kelas dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dengan demikian
diperlukan panduan pengembangan indikator yang dapat dijadikan pedoman bagi
guru dan sekolah dalam mengembangkan SK dan KD tiap mata pelajaran

Baca Juga : Panduan Membuat dan Contoh RPP Kurikulum 2013 SD.



Lalu apakah indikator itu?

Belajar untuk membuat indikator yang baik dan benar
Membuat Indikator yang baik dan benar

Indikator merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.

Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:

  1.  tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja
    yang digunakan dalam KD;
  2.  karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
  3. potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan
    lingkungan/ daerah.

Dalam mengembangkan pembelajaran dan
penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu:

  1. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai
    indikator;
  2. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun
    kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikoator soal.

Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat
dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya
mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media
pencapaian kompetensi.

Bagaimana dengan Fungsinya? apakah fungsi indikator pemebalajran itu?

Fungsi Indikator Pembelajaran

Indikator memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD.
Indikator berfungsi sebagai berikut :

1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran

Pengembangan materi pembelajaran harus
sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara
cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang
efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan
peserta didik, sekolah, serta lingkungan.

2. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran

Desain pembelajaran perlu dirancang secara
efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain
pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena
indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk
mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek
prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan
strategiekspositori melainkan lebih tepat dengan strategidiscovery-inquiry.

3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar

Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru
guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang
efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian
kompetensi secara maksimal.

4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil
belajar

Indikator menjadi pedoman dalam merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan
acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator
penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD. 

Bagaimana cara mengmbangakan atau membuat Indikator yang baik dan benar?

1. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar (SK & KD)

Baca juga:   Mengidentifikasi Hakikat Bahasa : Apakah Bahasa Itu?

Langkah pertama pengembangan indikator
adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara
nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal
tersebut.

Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui
kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat
diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan
tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada
tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan
kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi
berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat
Kompetensi Kata Kerja Operasional

No

Klasifikasi
Tingkat Kompetensi

Kata Kerja Operasional yang
Digunakan

1

Berhubungan
dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)

1.      Mendeskripsikan
(describe)

2.      Menyebutkan
kembali (recall)

3.      Melengkapi 
(complete)

4.      Mendaftar
(list)

5.      Mendefinisikan
(define)

6.      Menghitung (count)

7.      Mengidentifikasi
(identify)

8.      Menceritakan
(recite)

9.      Menamai (name)

2

Memproses (processing)

1.      Mensintesis (synthesize)

2.      Mengelompokkan (group)

3.      Menjelaskan (explain)

4.      Mengorganisasikan
(organize)

5.      Meneliti/melakukan
eksperimen (experiment)

6.      Menganalogikan (make
analogies
)

7.      Mengurutkan (sequence)

8.      Mengkategorikan (categorize)

9.      Menganalisis (analyze)

10.    Membandingkan
(compare)

11.    Mengklasifikasi
(classify)

12.    Menghubungkan
(relate)

13.    Membedakan (distinguish)

14.    Mengungkapkan
sebab (state causality)

3

Menerapkan dan mengevaluasi

1.      Menerapkan
suatu prinsip (applying a principle)

2.      Membuat
model (model building)

3.      Mengevaluasi
(evaluating)

4.      Merencanakan
(planning)

5.      Memperhitungkan/meramalkan
kemungkinan (extrapolating)

6.      Memprediksi
(predicting)

7.      Menduga/Mengemukakan
pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring)

8.      Meramalkan
kejadian alam/sesuatu (forecasting)

9.      Menggeneralisasikan
(generalizing)

10.    Mempertimbangkan
/memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating)

11.    Membayangkan
/mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining)

12.    Merancang
(designing)

13.    Menciptakan
(creating)

14.    Menduga/membuat
dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing)

Selain tingkat
kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan,
mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus
mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek
keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai
kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja
berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2,
3, dan 4.

Tabel
2 : Kata Kerja Ranah Kognitif

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Penilaian

Mengutip

Menyebutkan

Menjelaskan

Menggambar

Membilang

Mengidentifikasi

Mendaftar

Menunjukkan

Memberi label

Memberi
indeks

Memasangkan

Menamai

Menandai

Membaca

Menyadari

Menghafal

Meniru

Mencatat

Mengulang

Mereproduksi

Meninjau

Memilih

Menyatakan

Mempelajari

Mentabulasi

Memberi kode

Menelusuri

Menulis

Memperkirakan

Menjelaskan

Mengkategorikan

Mencirikan

Merinci

Mengasosiasikan

Membandingkan

Menghitung

Mengkontraskan

Mengubah

Mempertahankan

Menguraikan

Menjalin

Membedakan

Mendiskusikan

Menggali

Mencontohkan

Menerangkan

Mengemukakan

Mempolakan

Memperluas

Menyimpulkan

Meramalkan

Merangkum

Menjabarkan

Menugaskan

Mengurutkan

Menentukan

Menerapkan

Menyesuaikan

Mengkalkulasi

Memodifikasi

Mengklasifikasi

Menghitung

Membangun

Membiasakan

Mencegah

Menentukan

Menggambarkan

Menggunakan

Menilai

Melatih

Menggali

Mengemukakan

Mengadaptasi

Menyelidiki

Mengoperasikan

Mempersoalkan

Mengkonsepkan

Melaksanakan

Meramalkan

Memproduksi

Memproses

Mengaitkan

Menyusun

Mensimulasikan

Memecahkan

Melakukan

Mentabulasi

Memproses

Meramalkan

Menganalisis

Mengaudit

Memecahkan

Menegaskan

Mendeteksi

Mendiagnosis

Menyeleksi

Merinci

Menominasikan

Mendiagramkan

Megkorelasikan

Merasionalkan

Menguji

Mencerahkan

Menjelajah

Membagankan

Menyimpulkan

Menemukan

Menelaah

Memaksimalkan

Memerintahkan

Mengedit

Mengaitkan

Memilih

Mengukur

Melatih

Mentransfer

Mengabstraksi

Mengatur

Menganimasi

Mengumpulkan

Mengkategorikan

Mengkode

Mengombinasikan

Menyusun

Mengarang

Membangun

Menanggulangi

Menghubungkan

Menciptakan

Mengkreasikan

Mengoreksi

Merancang

Merencanakan

Mendikte

Meningkatkan

Memperjelas

Memfasilitasi

Membentuk

Merumuskan

Menggeneralisasi

Menggabungkan

Memadukan

Membatas

Mereparasi

Menampilkan

Menyiapkan
Memproduksi

Merangkum

Merekonstruksi

Membandingkan

Menyimpulkan

Menilai

Mengarahkan

Mengkritik

Menimbang

Memutuskan

Memisahkan

Memprediksi

Memperjelas

Menugaskan

Menafsirkan

Mempertahankan

Memerinci

Mengukur

Merangkum

Membuktikan

Memvalidasi

Mengetes

Mendukung

Memilih

Memproyeksikan

Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif

Menerima

Menanggapi

Menilai

Mengelola

Menghayati

Memilih

Mempertanyakan

Mengikuti

Memberi

Menganut

Mematuhi

Meminati

Menjawab

Membantu

Mengajukan

Mengompromikan

Menyenangi

Menyambut

Mendukung

Menyetujui

Menampilkan

Melaporkan

Memilih

Mengatakan

Memilah

Menolak

Mengasumsikan

Meyakini

Melengkapi

Meyakinkan

Memperjelas

Memprakarsai

Mengimani

Mengundang

Menggabungkan

Mengusulkan

Menekankan

Menyumbang

Menganut

Mengubah

Menata

Mengklasifikasikan

Mengombinasikan

Mempertahankan

Membangun

Membentuk
pendapat

Memadukan

Mengelola

Menegosiasi

Merembuk

Mengubah perilaku

Berakhlak mulia

Mempengaruhi

Mendengarkan

Mengkualifikasi

Melayani

Menunjukkan

Membuktikan

Memecahkan

Baca juga:   Profil Orang Hebat - Karyatulisku

Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik

Menirukan

Memanipulasi

Pengalamiahan

Artikulasi

Mengaktifkan

Menyesuaikan

Menggabungkan

Melamar

Mengatur

Mengumpulkan

Menimbang

Memperkecil

Membangun

Mengubah

Membersihkan

Memposisikan

Mengonstruksi

Mengoreksi

Mendemonstrasikan

Merancang

Memilah

Melatih

Memperbaiki

Mengidentifikasikan

Mengisi

Menempatkan

Membuat

Memanipulasi

Mereparasi

Mencampur

Mengalihkan

Menggantikan

Memutar

Mengirim

Memindahkan

Mendorong

Menarik

Memproduksi

Mencampur

Mengoperasikan

Mengemas

Membungkus

Mengalihkan

Mempertajam

Membentuk

Memadankan

Menggunakan

Memulai

Menyetir

Menjeniskan

Menempel

Menseketsa

Melonggarkan

Menimbang

          2. Menganalisis Karakteristik Mata
Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah

Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik
mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam
penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik
penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.

Kelompok
Mata Pelajaran

Mata
Pelajaran

Aspek
yang Dinilai

Agama dan Akhlak Mulia

Pendidikan Agama

Afektif dan Kognitif

Kewarganegaraan dan Kepribadian

Pendidikan Kewarganegaraan

Afektif dan Kognitif

Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Penjas Orkes

Psikomotorik, Afektif, dan
Kognitif

Estetika

Seni Budaya

Afektif dan Psikomotorik

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Matematika,
IPA, IPS

Bahasa, dan
TIK.

Afektif,
Kognitif,  dan/atau Psikomotorik sesuai karakter mata pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan
ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik
mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan
menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek
analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik
mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata
pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup
dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.

Pengembangkan indikator memerlukan
informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik
memiliki keragaman dalam intelegensi dan
gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir

keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau
psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga
kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Sebagai contoh dalam mata
pelajaran fisika terdapat indikator sebagai berikut:

  1. Membuat model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr
    dengan menggunakan bahan kertas, steroform, atau lilin mainan.
  2. Memvisualisasikan perbedaan model atom Thomson,
    Rutherford, dan Niels Bohr.

Indikator pertama tidak mengakomodir
keragaman karakteristik peserta didik karena siswa dengan intelegensi dan gaya
belajar visual verbal dapat mengekspresikan melalui cara lain, misalnya melalui
lukisan atau puisi.

Karakteristik sekolah
dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator
karena target pencapaian sekolah tidak
sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi
standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk

sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai
rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan
tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator.

3. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi

Kebutuhan dan potensi peserta didik,
sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani
kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan
kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.

Indikator juga harus dikembangkan guna
mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga
diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk
mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.

4. Merumuskan Indikator

Baca juga:   Dampak Globalisasi Banding Politik : Cara Menghadapi,Dampak

Dalam merumuskan indikator perlu
diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:

  1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga
    indikator
  2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang
    tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus
    mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi
    kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
  3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
    kompetensi.
  4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek,
    yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
  5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata
    pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata
    kerja yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji
    dalam lampiran 1.
  6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa
    indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau
    psikomotorik.

5. Mengembangkan Indikator Penilaian

Indikator penilaian merupakan pengembangan
lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi). Indikator
penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta
didik maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat
terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian
yang dilakukan melalui tes dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.

Indikator penilaian menggunakan kata kerja
lebih terukur dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi).
Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat
dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan,
dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.

Pengembangan
indikator dapat menggunakan format seperti contoh berikut.

Kompetensi
Dasar/Indikator

Indikator Penilaian

Bentuk

3.2   Mendeskripsikan perkembangan teori atom

·   Mendeskripsikan karakteristik teori atom Thomson, Rutherford,
Niels Bohr, dan mekanika kuantum

·   Menghitung perubahan energi elektron yang mengalami eksitasi

·   Menghitung panjang gelombang terbesar dan terkecil pada deret
Lyman, Balmer, dan Paschen pada spectrum atom hidrogen

·   Siswa dapat
memvisualisasikan bentuk

atom Thomson, Rutherford, dan Bohr

·   Siswa dapat menunjukkan sikap kerjasama,
minat dan kreativitas, serta komitmen melaksanakan tugas dalam kerja kelompok

·  
Siswa dapat menunjukkan kelemahan dari teori atom Thomson, Rutherford, atau Niels Bohr

·  
Siswa dapat menghitung energi dan momentum sudut
electron berdasarkan teori atom Bohr

·  
Siswa dapat menghitung besar momentum sudut berdasarkan
teori atom mekanika kuantum

·  
Siswa dapat menghitung panjang gelombang atau frekuensi terbesar dari deret Lyman, Balmer,
atau Paschen

·  
Siswa dapat menerapkan konsep energi ionisasi, energi
foton, dan/ atau energi foton berdasarkan data dan deskripsi elektron dalam
atom.

Penilaian hasil karya/produk

Penilaian sikap

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes tertulis



Yang terakhir, seberanya apakah manfaat Indikator itu?

Indikator Penilaian bermanfaat bagi :

  1. Guru dalam
    mengembangkan kisi-kisi penilaian yang dilakukan melalui tes (tes tertulis
    seperti ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir
    semester, tes praktik, dan/atau tes perbuatan) maupun non-tes.
  2. Peserta didik
    dalam mempersiapkan diri mengikuti penilaian tes maupun non-tes. Dengan
    demikian siswa dapat melakukan self
    assessment
    untuk mengukur kemampuan diri sebelum mengikuti penilaian
    sesungguhnya.
  3. Pimpinan sekolah
    dalam memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran dan penilaian
    di kelas.
  4. Orang tua dan
    masyarakat dalam upaya mendorong pencapaian kompetensi siswa lebih
    maksimal.

Sumber

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating / 5. Vote count:

No votes so far! Be the first to rate this post.